Bulan di atas kuburan. Kalimat pendek ini bukan sekedar kalimat bisa. Ini adalah puisi yang paling ku ingat selama hidupku. Sebenarnya ada 3 doang puisi yang paling ku ingat.
Bulan di atas kuburan, itu adalah judul sekaligus syair puisinya. Mungkin sekilas membaca, rancu juga ya puisi tapi cuma gitu doang tulisannya. Tapi kalau dibaca dengan seksama, banyak makna dari kalimat pendek ini. Aku sendiri baru menemukan sedikit. Sang penyair pasti berpikir keras untuk menuliskan kalimat pendek ini.
Yang pertama, aku simpulkan, maksud dari puisi ini adalah, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Masuk akal ga sih? Sebenernya agak bingung juga ngejelasinnya, tapi pasti kebayang kan? Bulan kan indah, yang namanya indah pasti menyenangkan. Sedangkan kuburan, gelap, sepi, sunyi, tak ada kehidupan. Dan kuburan tempatnya orang-orang mati. Ini sebenarnya pemikiran yang sama dengan guru saya, Pak Gunawan.
Yang kedua, ini benar-benar terpikirkan semalam. Mungkin, di setiap kesulitan, di setiap kesusahan, di setiap penderitaan dan ketidak nyamanan yang kita alami, selalu ada hikmah, selalu ada sisi baik yang dapat diambil. Walau harus mencari sampai sejauh kita menatap Bulan yang indah di atas Kuburan sepi.
Pak Gunawan, sosok guru, bapak yang sangat saya kagumi kepribadiannya, caranya mendidik dengan pendekatan yang dia lakukan kepada murid-muridnya. Pak Gunawan, bukan hanya guru yang mengajar bahasa Indonesia, tapi juga agama. Maklum, beliau kan juga pak ustad, pendakwah. Beliau adalah sosok pengajar yang paling saya rindukan. Terimakasih banyak Pak, atas segala yang bapak sampaikan. Maaf saya belum bisa membalas semua kebaikan dan ketulusan Bapak..
Komentar
Posting Komentar