Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Renungan Setahun: Waktu

Cukup itu relatif. Dulu aku merasa waktu 24 jam yang aku punya tidak cukup untukku dalam sehari. Aku selalu menyalahkan waktu 24 jamku setiap kelalaian kewajibanku. Aku menjadi orang yang tidak berkecukupan waktu. Aku menyesali semua tanggung jawab dan amanahku. Dimanakah letak kesalahnnya? Setelah merenung, berbagi dan bermentoring, aku sesali prasangka burukku terhadap waktu. Sungguh sia-sia rasanya waktuku yang lalu. Hanya selalu ada keluh, tidak pernah ada rasa syukur. Apa yang telah aku lakukan? Apakah ini namanya menzhalimi waktu? Tak pernah merasa cukup, karena waktu yang kugunakan hanya untuk diam, tidak melakukan usaha untuk perbaikan diri, sedikit belajar. Intinya tidak memanfaatkan waktuku yang 24 jam dengan sebaik-baiknya. Tak pernah puas karena sedikit bersyukur atas nikmatNya, nikmat waktu yang telah diberikan oleh Nya. Hati ini menjadi delit, kaku. Kehidupan ini hanya bygones saja. Semakin pelit bersyukur, semakin miskin rasanya hati ini. Berkahkah waktuku selama set

yang tak terlupakan...

6 April Awal dari segala perubahan perbaikan diri dimulai sejak hari itu. mempelajari hal yang tidak bisa kudapatkan di tempat biasa ku belajar. Mengenal banyak sosok luar biasa yang sebaya. Mengerti arti persaudaraan, persahabatan, keluarga dan cinta yang begitu indah untukku, untuk kita, dan untukNya. 14 Septermber Percayakah kamu pada rasa cinta dan kasih sayang yang tumbuh tanpa sering berinteraksi, melainkan melalui tutur kata, sikap dan kebaikan? Secara fisik kita semua sangat terpisah jarak, jarang bahkan tidak pernah ada sentuhan. Dalam perasaanku, sentuhan itu lahir dari cara mereka berhubungan denganku dengan penuh kebaikan, ketulusan, ketegasan, dan kedewasaan. Bolehkah kusebut ini 'persaudaraan' ya Tuhan? Persaudaraan yang begitu indah. 6 November Aku kalah lagi dari egoku. Kekecewaan ini menutup hati yang baru saja dihias oleh kebersamaan teman-teman seperjuangan. Penyesalanpun terasa lebih menyakitkan dan tak termaafkan dibanding rasa kecewa yang

Bis Biru Kuning

"sebentar ya pak saya cari dulu", dengan wajah agak panik aku terus mengodok kantong celana dan tempat-tempat di tasku. Ya Allah bagaimana ini, ku hubungi kakak dan bapak karena tidak tahu lagi harus bagaimana, "memang uangnya kurang berapa dek?", bertanya mas-mas yang berdiri di sebelahku "uang saya ketinggalan, saya tidak bawa uang", dengan wajah melas aku berusaha tetap tersenyum. akhirnya ku tarik napas panjang, memberanikan diri berkata kepada abang kenek, "pak, maaf uang saya ketinggalan, saya tidak bawa uang, bagaimana?" "yah, mau bagaimana, nanti neng lanjut ke kampusnya gimana?" jawab beliau agak heran dengan jawabannya kemudian saya jawab "nanti saya minta jemput teman" "oh yasudah," tersenyum kecil, kembali ke dekat pintu paling belakang ------------------------------- "siap-siap yang turun rawamangun,, rawamangun,, utan kayu,," sahut abang kenek bis kowan. setelah berhasil ke