Mungkin aku ini norak ya, baru tau sekeras apa kota Jakarta. Jakarta keras, pas di SMA sering banget aku denger ungkapan ini, ungkapan yang tidak menyenangkan tentang kota kelahiranku.
Aku memang lahir di Jakarta, tapi dari bayi sampai sekarang aku tinggal di Bogor, kota hujan, tapi yang lebih tepat untuk disebut kota angkot.
Kembali ke topik, baru merasakan kerasnya Jakarta sejak aku mulai kuliah. Hampir setiap hari, pagi-pagi jam 6 kurang, Bapakku sudah sedia mengantarkan aku ke Jagorawi dengan sepeda motor maticnya. Maaf Bapak, aku selalu saja ngerepotin Bapak dan Mamah, bahkan sampai aku sudah masuk kuliah..
Di Jagorawi, aku menunggu bis Kowanbisata. Bis kecil jurusan Cibinong-Pulo Gadung ini memang banyak yang nunggu. Tak heran, baru sampai Jagorawi, kursi sudah terisi semua. Setiap pagi aku selalu berdiri, desak-desakan berbagi tempat bernafas dengan penumpang lainnya yang juga berdiri yang kebanyakan Bapak-Bapak. Dan aku selalu dapat tempat berdiri paling belakang, bahkan hari ini aku berdiri tepat di depan pintu bisnya.. Sedih.
Mungkin aku berlebihan, tapi memang ini yang aku alami dan aku rasakan. Bagiku, berangkat ngampus pagi-pagi itu menyiksa (tapi demi ilmu, orang tua dan masa depan, tanpa lelah dijalani saja). Berdiri sekitar satu setengah jam, di tengah kemacetan (terhambat di jalan bebas hambatan), dan betapa iri dan jengkelnya tiap kali melihat mobil-mobil pribadi lewat, dengan isi hanya 1 orang, padahal bisa menampung setidaknya 5-7 orang. Mereka menuh-menuhi jalan tol saja, sampai macet begini!. Tak dipungkiri, sepertinya jumlah kendaraan di Indonesia terutama yang berlalu-lalang di Jakarta semakin banyak aja, huh banyak juga yah yang orang kaya!.
Kalau pulang mungkin aku masih bisa bernafas lega... Biasanya di halte Rawamangun, bis yang ke arah Cibinong masih ada bangku kosong. Jalanan pun tidak begitu macet, dan yang terpenting tidak berdesak-desakan. Heheh
Jakarta keras, selanjutnya adalah bahaya di kendaraan umum.
"Kejahatan terjadi bukan hanya karna ada niat dari pelakunya, tapi juga karna ada kesempatan".
Pesan ini memang 100% BENAR!! Maka dari itu, aku saranin buat pengguna jalan, pengguna kendaraan umum untuk tidak mengenakan perhiasan yang berlebihan dan mencolok. Karna sangat 'mengundang' pencopet. Dan kalau sedang dalam bis, kekep tasnya, gemblok ke depan. Dan jangan terima apapun dari orang yang tak dikenal, walaupun berwajah ganteng, cantik, melas, alim. Tampang ga menjamin!!
Nah mungkin segini aja pendapatku tentang Jakarta Keras. InsyaALLAH akan segera diposting Jakarta Keras Bagian 2. Ini lebih ke perilaku, kehidupan dan beberapa faktor saya tidak ngekos di Jakarta saat ini. Merci Beaucoup :)
Komentar
Posting Komentar