Seandainya
ada komunitas penumpang bis kowanbisata. Semenjak gue belajar tentang La Fête des Voisins,
gue jadi kepikiran gimana kalau gue buat semacam perkumpulan sesama pengguna
bis kowanbisata Cibinong – Pulogadung karena sering banget gue naik bis bersama
orang-orang yang gue hapal karena seringnya bareng naik bis. Seandainya gue
bisa bikin kayak La Fête des Voisins gitu,
kemungkinan dampak positif yang sama bakal terjadi. Kita bisa saling kenal, ga
kaku di Bis, saling ngobrol, nambah relasi dan kali aja bisa ketemu jodoh!
Seandainya
gue ‘bisa’ berbahasa inggris dengan fasih gue mungkin mau tuh ambil tawaran
ngajar privat bahasa prancis di daerah Sunter, feenya lumanyan banget! 120.000 rupiah per dua jam! Seminggu sekali
ngajar privat juga lumayan banget deh itu, bisa buat biaya ongkos gue selama 3
hari lebih dikit. Yap hal ini membuktikan bahwa gue emang harus bisa berbahasa
inggris, tapi spesialis gue tetep bahasa prancis. Gue jadi pengen privat bahasa
inggris.
Seandainya
gue ngekos, gue pasti bakal kangen badai sama mamah sama bapak sama bila sama
teteh sama acah. Bersama mamah sama bapak, ada sosok yang sangat gue rindukan
selalu tiap ga lihat mereka ga ada di rumah. Bersama acah dan teteh, ada sosok
yang lebih dari saudara, sahabat, teman dimana gue bisa curhat, minta bantuan,
minta duit. Bersama Bila, hidup gue sempurna, dia adalah emas permata di rumah
ini.
Seandainya
gue bukan mahasiswa bahasa prancis, mungkin gue ga akan peka terhadap persoalan
hidup-sosial seperti apatisme, atheisme, sekulerisme, liberalisme khususnya di
negara Eropa. Mungkin gue ga akan pernah sampai memikirkan orang-orang seperti
mereka. Mungkin gue masih beranggapan hidup ini baik-baik saja.
Seandainya
hari ini ga ada pemilukada DKI Jakarta putaran kedua, mungkin gue masih ke
kampus buat belajar sama madame Yusi dan Madame Asti. Tapi kenyataannya gue
LIBUR.
Seandainya
nama gue bukan Annisa Istiqomah, yang pasti yang jadi nama gue bukan Collen
Rowlands.
Komentar
Posting Komentar