Masih dalam menikmati hari libur, aku memutuskan untuk berdiam di rumah seminggu ini, ternyata keputusanku ini terlihat tepat. Hujan terus turun seharian-semalaman, akibatnya air mengalir, menggenangi Jakarta. Luar biasanya, seharian ini televisi menyiarkan siarang langsung tentang banjir Jakarta, Jakarta banjir dimana-mana.
Sebagai orang Bogor (walaupun Bogor pinggiran), aku ga setuju kalau orang menyebut banjir jakarta adalah banjir kiriman bogor. Tidak ada banjir yang dikirim. Hakikatnya, air mengalir dari tinggi ke rendah, dan yang dikirim itu air bukan banjir. Penyebutan "Banjir kiriman dari Bogor" seolah-olah menyalahkan banjir yang terjadi di Jakarta adalah salah Bogor, omg think twice!
Kalau menurut aku yang cukup mengenal Jakarta dan Bogor, banjir di Jakarta memang sudah takdir buruk akibat beberapa faktor selain faktor air hujan yang mengalir dari Bogor tentunya.
1. Minimnya kesadaran Jakarta tentang lingkungan. Orang Jakarta itu bisanya cuma ngomong, komentar, ngedumel, ga pernah mudah untuk introspeksi diri. Pinter banget bikin kata-kata bijak di dunia maya, tapi cuma meringkel di dunia nyata. Mereka tahu, buang sampah sembarangan bisa menyebabkan banjir tapi sayangnya mereka cuma tahu kalau Jakarta lagi banjir. Kalau Jakarta lagi ga banjir, hanya secuil warga Jakarta yang ga buang sampah sembarangan. Jangankan mau peduli sama lingkungannya, peduli pada sikap sendiri aja susah.
2. Gaya hidup orang Jakarta yang waw, mereka lebih suka mampir ke mal dibanding nongkrong di taman. Mereka lebih suka bangun gedung tinggi dibanding lahan hijau. Penataan kota yang buruk banget. Setiap tahun, berapa bangunan yang dibangun di Jakarta? Apartemen, perumahan, mal seolah jadi bangunan wajib yang harus ada. Seberapa persenkah luas lahan hijau yang ada di Jakarta? Wajar kalau air di Jakarta sulit terserap semua, lah penyerapnya aja ga ada! Ditambah katanya jenis tanah Jakarta yang emang udah sulit untuk menyerap air karena mengandung lempung. Kalau udah tau gitu sadar diri lah, buat infrastruktur yang bisa membuat banyak resapan air dan mengalirkan air dengan baik, selokan yang ada aja sampe segitunya Jakarta, hitam-bau-banyak sampah!
3. Pembatasa jumlah penduduk/pendatang dan mobil-mobil pribadi di Jakarta. Menurut yang aku baca, Wolrd Bank beranggapan banjir Jakarta disebabkan oleh besarnya jumlah penghuni Jakarta. Urbanisasi, orang-orang datang demi kehidupan yang layak, demi mendapatkan pekerjaan. Jakarta bukan surga! Datang ke Jakarta tanpa keahlian juga ga menghasilkan apa-apa tapi hanya menambah sesak udara di Jakarta! Akibatnya, pemukiman kumuh merajalela di sudut-sudut kota. Tempat yang seharusnya bisa jadi lahan resapan malah dibangun rumah kardus, mereka juga cuek dengan lingkungan, sampah ibarat kawan. Sedangkan untuk mobil-mobil, jumlah mobil di Jakarta tidak sebanding dengan lahan parkir yang ada, akibatnya dibangun lagi gedung parkir, diperlebar lagi jalan, lahan hijaunya mana???? Gengsikah naik kendaraan umum? Ayo rayu warga Jakarta dan sekitarnya untuk naik angkutan umum dengan cara perbaiki transportasi umum, buat kami aman dan nyaman. Semua orang juga benci kemacetan dan banjir kok pak!!
Mungkin segitu kemampuan yang baru nyampe ke otak saya soal penyebab banjir Jakarta. Dengan gubernur baru, Pak Jokowi banyak diharapkan bisa mengatasi banjir walaupun dirasa mustahil bisa beres sampai masa jabatan beliau karena banjir di Jakarta sudah kompleks. Kerugian di Jakarta karena banjir juga bukan main, faktanya, ketika banjir 10 hari di tahun 2012, Jakarta mengalami kerugian 1 milyar dollar Amerika. Berarti, tiap satu hari Jakarta banjir, mengalami kerugian 1 triliun rupiah.
Sebenarnya pemerintah kota DKI Jakarta sudah ada tindakannya untuk mengatasi Banjir, selain program kanal banjir ada niatan untuk membangun bendungan air di Ciawi yang berarti Jakarta harus bekerja sama dengan Jawa Barat dalam membuat proyek ini.
Semoga saja pemerintah DKI Jakarta, pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya yang bersanhkutan bisa saling membahu mengatasi banjir di Jakarta. Ini bukanlah soal sekarang, tapi masa depan kita, anak-anak kita. Jika ibu kota negara Indonesia dipindahkan karena banjir Jakarta yang cetar membahana ini, jangan sampai ibu kota yang baru nanti ikut-ikutan menjadi kota banjir.
*tambahan
Aku makin gedek sama iklan perumahan-apartemen di Jakarta yang iklannya tuh 'Harga Naik Mulai Tanggal .....(esoknya), Hanya 5 menit dari pintu tol............, lokasi strategis, dan nananananana'persetan dengan iklan begituan!
Sebagai orang Bogor (walaupun Bogor pinggiran), aku ga setuju kalau orang menyebut banjir jakarta adalah banjir kiriman bogor. Tidak ada banjir yang dikirim. Hakikatnya, air mengalir dari tinggi ke rendah, dan yang dikirim itu air bukan banjir. Penyebutan "Banjir kiriman dari Bogor" seolah-olah menyalahkan banjir yang terjadi di Jakarta adalah salah Bogor, omg think twice!
Kalau menurut aku yang cukup mengenal Jakarta dan Bogor, banjir di Jakarta memang sudah takdir buruk akibat beberapa faktor selain faktor air hujan yang mengalir dari Bogor tentunya.
1. Minimnya kesadaran Jakarta tentang lingkungan. Orang Jakarta itu bisanya cuma ngomong, komentar, ngedumel, ga pernah mudah untuk introspeksi diri. Pinter banget bikin kata-kata bijak di dunia maya, tapi cuma meringkel di dunia nyata. Mereka tahu, buang sampah sembarangan bisa menyebabkan banjir tapi sayangnya mereka cuma tahu kalau Jakarta lagi banjir. Kalau Jakarta lagi ga banjir, hanya secuil warga Jakarta yang ga buang sampah sembarangan. Jangankan mau peduli sama lingkungannya, peduli pada sikap sendiri aja susah.
2. Gaya hidup orang Jakarta yang waw, mereka lebih suka mampir ke mal dibanding nongkrong di taman. Mereka lebih suka bangun gedung tinggi dibanding lahan hijau. Penataan kota yang buruk banget. Setiap tahun, berapa bangunan yang dibangun di Jakarta? Apartemen, perumahan, mal seolah jadi bangunan wajib yang harus ada. Seberapa persenkah luas lahan hijau yang ada di Jakarta? Wajar kalau air di Jakarta sulit terserap semua, lah penyerapnya aja ga ada! Ditambah katanya jenis tanah Jakarta yang emang udah sulit untuk menyerap air karena mengandung lempung. Kalau udah tau gitu sadar diri lah, buat infrastruktur yang bisa membuat banyak resapan air dan mengalirkan air dengan baik, selokan yang ada aja sampe segitunya Jakarta, hitam-bau-banyak sampah!
3. Pembatasa jumlah penduduk/pendatang dan mobil-mobil pribadi di Jakarta. Menurut yang aku baca, Wolrd Bank beranggapan banjir Jakarta disebabkan oleh besarnya jumlah penghuni Jakarta. Urbanisasi, orang-orang datang demi kehidupan yang layak, demi mendapatkan pekerjaan. Jakarta bukan surga! Datang ke Jakarta tanpa keahlian juga ga menghasilkan apa-apa tapi hanya menambah sesak udara di Jakarta! Akibatnya, pemukiman kumuh merajalela di sudut-sudut kota. Tempat yang seharusnya bisa jadi lahan resapan malah dibangun rumah kardus, mereka juga cuek dengan lingkungan, sampah ibarat kawan. Sedangkan untuk mobil-mobil, jumlah mobil di Jakarta tidak sebanding dengan lahan parkir yang ada, akibatnya dibangun lagi gedung parkir, diperlebar lagi jalan, lahan hijaunya mana???? Gengsikah naik kendaraan umum? Ayo rayu warga Jakarta dan sekitarnya untuk naik angkutan umum dengan cara perbaiki transportasi umum, buat kami aman dan nyaman. Semua orang juga benci kemacetan dan banjir kok pak!!
Mungkin segitu kemampuan yang baru nyampe ke otak saya soal penyebab banjir Jakarta. Dengan gubernur baru, Pak Jokowi banyak diharapkan bisa mengatasi banjir walaupun dirasa mustahil bisa beres sampai masa jabatan beliau karena banjir di Jakarta sudah kompleks. Kerugian di Jakarta karena banjir juga bukan main, faktanya, ketika banjir 10 hari di tahun 2012, Jakarta mengalami kerugian 1 milyar dollar Amerika. Berarti, tiap satu hari Jakarta banjir, mengalami kerugian 1 triliun rupiah.
Sebenarnya pemerintah kota DKI Jakarta sudah ada tindakannya untuk mengatasi Banjir, selain program kanal banjir ada niatan untuk membangun bendungan air di Ciawi yang berarti Jakarta harus bekerja sama dengan Jawa Barat dalam membuat proyek ini.
Semoga saja pemerintah DKI Jakarta, pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya yang bersanhkutan bisa saling membahu mengatasi banjir di Jakarta. Ini bukanlah soal sekarang, tapi masa depan kita, anak-anak kita. Jika ibu kota negara Indonesia dipindahkan karena banjir Jakarta yang cetar membahana ini, jangan sampai ibu kota yang baru nanti ikut-ikutan menjadi kota banjir.
*tambahan
Aku makin gedek sama iklan perumahan-apartemen di Jakarta yang iklannya tuh 'Harga Naik Mulai Tanggal .....(esoknya), Hanya 5 menit dari pintu tol............, lokasi strategis, dan nananananana'
posted from Bloggeroid
Komentar
Posting Komentar