Hey.... Hari ini benar-benar menjalankan aktivitas di luar rencana.
My plans: pergi ke Perpustakaan Nasional di Salemba, janjian sama Milka di Halte Transjakarta UNJ jam 9 pagi. Setelah itu, lanjut ke Institut Français d'Indonésie (IFI) yang sama-sama berada di Jalan Salemba. Sampai akhirnya masuk kelas Litterature jam 14.30 di Kampus A, Rawamangun.
But, everything changed since the fire nation attacked. Eh salah ya hahah
Iya, jadi semua rencana GAGAL dilakukan hari ini.
Padahal aku udah pergi dari jam 5.20, nebeng sama Bapak, kebetulan Bapak mau ke Priok karena ibu asuhnya meninggal dunia (innalillahi wa inna ilaihi raajiun...) jadi Aku, Teteh dan Arie ikut nebeng Bapak deh, lumayan coy ga pegel berdiri. Tapi perasaan mulai ga enak semenjak dapat sandek dari Milka, nanya jadi apa engga soalnya Rawamangun hujan deras. Aku balas, hayuk jadi Mil, aku udah otw. Pede banget kan balas kayak gitu soalnya waktu itu di sepanjang jalan sampai Taman Mini masih terang benderang. Ketika masuk Tol Cililitan, seperti diguyur, tiba-tiba hujan deras. Jalan tol pun macet tak karuan, apalagi yang mau keluar tol Rawamangun, hhfftt kebayang sampai panjang di jalan tolnya juga. Lalu akhirnya mobil bapak keluar Cempaka Putih, dan kami dikejutkan oleh banjir menggenang di sisi kiri jalan, hujan juga tidak mau berhenti padahal sebelumnya di Prumpung sampai Rawamangun udah mulai reda. Nasib lah...
Teteh sama Ari pun akhirnya turun di depan Carrefour, Bapak juga nurunin mereka di tengah-tengah jalan. Dan aku? Ga bawa payung, ga pakai jaket, rempong banget turun apalagi pakai rok panjang gini. Akhirnya aku ikut Bapaj ngelayat ke Priok. Sambil berharap hujan reda, banjir sa'at sebelum kelas nanti dimulai.
Di rumah almarhumah, Bapak jadi reunian sama teman-temannya di gang lima puluh dulu, untung sebelum ke sini, kami jemput ua enci dan kak ella, jadi aku ga kesepian dan cengo. Kegiatan layatan ini pun kami ikuti sampai ke Tempat Pemakaman Umum Semper, selesai tengah hari dan aku tahu aku hampir pingsan ini karena belum sarapan dari pagi dan emang kondisi badan sedang tidak fit dari kemaren. Jantung berdebar, darah rendah lagi deh. Ketika perjalanan pulang, dari perjalanan mengantar ua enci dan kak ella pulang aja kami sudah menemukan banjir di mana-mana. Kemudian di Jalan Yos Sudarso, astaghfirulloh, itu airnya sampai menerobos tanggul kalinya sendiri. Serem liatnya, walaupun aku liat ada beberapa anak kecil malah berenang asik di sana. Dan di Jalan Yos Sudarso itu (kalau ga salah ya) sebenarnya juga banjir banjir juga. Mau belok ke Rawamangun lewat Kelapa Gading, ga bisa karena banjir kata mas mas ogahnya udah sepinggang dia, akhirnya kami menerobos banjir lagi yang lumayan persis di depan pintu tol Podomoro. Istilahnya mah ya, Pintu tol Podomoro itu kayak gerbang surga, tapi sangat sulit untuk bisa sampai ke sana karena harus lewatin banjir yang lumanya tinggi. Bersama motor kami masuk tol, ayyeeeey.
Tapi, ga cuma motor penghuni luar biasa tol siang tadi. Aku bahkan melihat amang-amang jualan, bukan amang-amang jualan biasa, ini amang-amang jualan di gerobak. Hebat euy. Banyak motor dan mobil minggir bukan karena hanya ingin melihat banjir di bawah tapi emang ada yang mau keluar tapi ga bisa, jadi yang kayak mau keluar Cempaka Putih macet banget. Pasti karena yang di bawah banjir ga bisa di lewatin ya. Kemudian Bapak stress kali ya ngadepin jalan yang begitu, akhirnya kami ke Rest Area Cibubur Square untuk solat dan istirahat minum kopi sambil minum obat pusing juga. Lalu kami pulang ke rumah. Di rumah? Mama kaget ngeliat aku ikut bapak pulang, dan mama ga percaya Jakarta banjir (lagi), karena di sini, di rumah Terang Benderang ga ada hujan sama sekali sehari ini. Yah, perjalanan yang luar biasa.
Ohya, kok aku ga kuliah? Lalu ga jadi ke IFI juga?
Jadi, selama di rumah almarhumah itu, aku chattingan di grup angkatan di whatsapp, ternyata teman-teman juga pada bingung itu, Kampus banjir. Dekan FE udah ngumumin kalau perkuliahan anak FE diliburkan. Terus ada jarkoman message dari PR 1 juga kayaknya ngasih tau kalau kampus A diliburkan. Tapi lha jurusan mah kan suka kocik, tadi pagi aja ada kelasnya Monsieur Subur, kan jadi watir apalagi aku kelasnya lumayan sore. Eh ternyata ada info dari Madame Yusi kalau libur aja, khawatir nanti kami ga bisa pulang. Ya Ampun, pengertiannya. Jadi kami libur deh, walau tetap dikasih tugas jadinya. Ke IFI? ga dibolehin turun sama bapak, takut ga bisa pulang juga katanya. Yah okelah, denda buku nambah lagi berarti.
My plans: pergi ke Perpustakaan Nasional di Salemba, janjian sama Milka di Halte Transjakarta UNJ jam 9 pagi. Setelah itu, lanjut ke Institut Français d'Indonésie (IFI) yang sama-sama berada di Jalan Salemba. Sampai akhirnya masuk kelas Litterature jam 14.30 di Kampus A, Rawamangun.
But, everything changed since the fire nation attacked. Eh salah ya hahah
Iya, jadi semua rencana GAGAL dilakukan hari ini.
Padahal aku udah pergi dari jam 5.20, nebeng sama Bapak, kebetulan Bapak mau ke Priok karena ibu asuhnya meninggal dunia (innalillahi wa inna ilaihi raajiun...) jadi Aku, Teteh dan Arie ikut nebeng Bapak deh, lumayan coy ga pegel berdiri. Tapi perasaan mulai ga enak semenjak dapat sandek dari Milka, nanya jadi apa engga soalnya Rawamangun hujan deras. Aku balas, hayuk jadi Mil, aku udah otw. Pede banget kan balas kayak gitu soalnya waktu itu di sepanjang jalan sampai Taman Mini masih terang benderang. Ketika masuk Tol Cililitan, seperti diguyur, tiba-tiba hujan deras. Jalan tol pun macet tak karuan, apalagi yang mau keluar tol Rawamangun, hhfftt kebayang sampai panjang di jalan tolnya juga. Lalu akhirnya mobil bapak keluar Cempaka Putih, dan kami dikejutkan oleh banjir menggenang di sisi kiri jalan, hujan juga tidak mau berhenti padahal sebelumnya di Prumpung sampai Rawamangun udah mulai reda. Nasib lah...
Teteh sama Ari pun akhirnya turun di depan Carrefour, Bapak juga nurunin mereka di tengah-tengah jalan. Dan aku? Ga bawa payung, ga pakai jaket, rempong banget turun apalagi pakai rok panjang gini. Akhirnya aku ikut Bapaj ngelayat ke Priok. Sambil berharap hujan reda, banjir sa'at sebelum kelas nanti dimulai.
Di rumah almarhumah, Bapak jadi reunian sama teman-temannya di gang lima puluh dulu, untung sebelum ke sini, kami jemput ua enci dan kak ella, jadi aku ga kesepian dan cengo. Kegiatan layatan ini pun kami ikuti sampai ke Tempat Pemakaman Umum Semper, selesai tengah hari dan aku tahu aku hampir pingsan ini karena belum sarapan dari pagi dan emang kondisi badan sedang tidak fit dari kemaren. Jantung berdebar, darah rendah lagi deh. Ketika perjalanan pulang, dari perjalanan mengantar ua enci dan kak ella pulang aja kami sudah menemukan banjir di mana-mana. Kemudian di Jalan Yos Sudarso, astaghfirulloh, itu airnya sampai menerobos tanggul kalinya sendiri. Serem liatnya, walaupun aku liat ada beberapa anak kecil malah berenang asik di sana. Dan di Jalan Yos Sudarso itu (kalau ga salah ya) sebenarnya juga banjir banjir juga. Mau belok ke Rawamangun lewat Kelapa Gading, ga bisa karena banjir kata mas mas ogahnya udah sepinggang dia, akhirnya kami menerobos banjir lagi yang lumayan persis di depan pintu tol Podomoro. Istilahnya mah ya, Pintu tol Podomoro itu kayak gerbang surga, tapi sangat sulit untuk bisa sampai ke sana karena harus lewatin banjir yang lumanya tinggi. Bersama motor kami masuk tol, ayyeeeey.
Tapi, ga cuma motor penghuni luar biasa tol siang tadi. Aku bahkan melihat amang-amang jualan, bukan amang-amang jualan biasa, ini amang-amang jualan di gerobak. Hebat euy. Banyak motor dan mobil minggir bukan karena hanya ingin melihat banjir di bawah tapi emang ada yang mau keluar tapi ga bisa, jadi yang kayak mau keluar Cempaka Putih macet banget. Pasti karena yang di bawah banjir ga bisa di lewatin ya. Kemudian Bapak stress kali ya ngadepin jalan yang begitu, akhirnya kami ke Rest Area Cibubur Square untuk solat dan istirahat minum kopi sambil minum obat pusing juga. Lalu kami pulang ke rumah. Di rumah? Mama kaget ngeliat aku ikut bapak pulang, dan mama ga percaya Jakarta banjir (lagi), karena di sini, di rumah Terang Benderang ga ada hujan sama sekali sehari ini. Yah, perjalanan yang luar biasa.
Ohya, kok aku ga kuliah? Lalu ga jadi ke IFI juga?
Jadi, selama di rumah almarhumah itu, aku chattingan di grup angkatan di whatsapp, ternyata teman-teman juga pada bingung itu, Kampus banjir. Dekan FE udah ngumumin kalau perkuliahan anak FE diliburkan. Terus ada jarkoman message dari PR 1 juga kayaknya ngasih tau kalau kampus A diliburkan. Tapi lha jurusan mah kan suka kocik, tadi pagi aja ada kelasnya Monsieur Subur, kan jadi watir apalagi aku kelasnya lumayan sore. Eh ternyata ada info dari Madame Yusi kalau libur aja, khawatir nanti kami ga bisa pulang. Ya Ampun, pengertiannya. Jadi kami libur deh, walau tetap dikasih tugas jadinya. Ke IFI? ga dibolehin turun sama bapak, takut ga bisa pulang juga katanya. Yah okelah, denda buku nambah lagi berarti.
posted from Bloggeroid
Komentar
Posting Komentar