Langsung ke konten utama

HANYA TEMAN SEJURUSAN YANG MENGERTI

Kita memang dianjurkan untuk melebarkan sayap pertemanan kita ke mana saja agar relasi kehidupan bersosial semakin bagus. Namun, percaya deh, meski punya orang tua yang baiknya luar biasa, sahabat yang care bingo atau kekasih hati yang sangat diidam-idamkan, tapi  untuk urusan “ini” hanya teman-teman jurusan yang mengerti.


Urusan “ini”

Kuliah di Universitas yang sama ga berarti “tingkat perjuangannya” sama. Bisa aja kan?, Dan postingan ini saya mau tulis kisah nyata nih, sama-sama kuliah sebut saja di Universitas Nasional Jakarta (hahah digetok), tapi si A di Jurusan Blok M, sedangkan si B di Jurusan Tanjung Priok. Nah kalau begini udah pasti beda dong! Hahaha.

Oke engga bercanda lagi, tapi ini serius sekarang. Sering sekali kasusnya seperti ini, ”si A kuliah masuk jam 8, tapi jam 8 kurang baru mandi. Enak banget dah dia mah dateng jam 9 juga gapapa, selau aja” ,  Sedangkan si Gadis di jurusan berbeda hanya bisa nyengir kuda merasakan nasibnya yang harus selalu tepat waktu bahkan Sang Dosen bisanya sudah stay di dalam kelas 5 menit sebelum kelas dimulai. Kalaupun Gadis harus terpaksa telat karena bisnya pingsan di tengah perjalanan, ada komo lewat atau karena hal-hal alam yang mendesak, sebelum sampai di Kampus pasti Gadis udah mulai latihan mau ngomong apa ke Sang Dosen di kelas. Nah kalau merasakan hal yang seperti ini, ambil positifnya aja lah, artinya selama kuliah kamu digodok untuk selalu tepat waktu, at least kamu jadi lebih menghargai waktu. Horaaay!

Kasus lain. Semasa kuliah, si Gadis selalu berusaha tidak pernah absen, tugas selalu dikerjakan, sampai UTS dan UAS hadir bahkan tiba di Kampus satu jam sebelum ujian dimulai demi bisa belajar bersama Gadis-Gadis lain karena materinya memang dianggap susah. Namun, hal ini tidak menjamin si Gadis aman dari nilai E. Tiap kali buka siOtong, berjejer huruf-huruf, mungkin aneh tapi nyata, tapi melihat ada C bertengger, si Gadis mengucapkan “Alhamdulillah”. Indeks Prestasi atau yang sering disebut IPe pun nangkring di paling bawah jejeran huruf-huruf itu, tetoreng IP 2,sekian sekian. Si Perawan yang satu kosan dengan Gadis namun berbeda jurusan pun ikutan numpang buka SiOtong di laptop Gadis, pas dipilih menu Kartu Hasil Studi, huruf-huruf “emas” banyak berjejer, namun si Perawan terkejut sambil mengatakan”yah ada C nya”, si Gadis menghampiri sambil bertanya “banyak C nya?”, si Perawan pun menjawab “Cuma satu sih tapi…….”. Perasaan si Gadis pun pilu mengingat huruf-huruf yang dia dapatkan semester ini, bahkan mungkin ga jauh berbeda dengan semester-semester biasanya.

Kalau diatas sering banget dialami sama teman-teman SEjurusanku. Emang sih ga semua teman-teman di Jurusan bernilai sama, ada kok yang pintarnya bagi saya udah kayak makhluk dunia lain karena selalu berhasil mendapatkan nilai memuaskan, pokoknya emang salut deh, tapi kalau pengalaman saya sendiri sih ya, hehe ga jauh beda dari itu (yang diatas). Sering sekali deh ditanya sama teman jurusan lain, terutama dari Jurusan X yang mana kalau dapat IP 3,1 saja dibilang jelek. Awalnya, sewaktu bertukar informasi IP dengan mereka makhluk-makhluk jurusan Planet Mars, mendengar mereka mengeluh “huh IP aku segini nih…” rasanya tuh pengen getok pakai laptopnya SiOtong, apakabar diriku yang IP ga pernah sampai sana, hikshiks. Saking udah terbiasanya dengan kondisi seperti itu, saya pun jadi mempunyai pikiran kalau saya dan mereka hidup di dunia berbeda. Namun pengalaman pahit pernah saya alami ketika lebaran. Ya, lebaran ajang kumpul-kumpul saudara kadang menjadi moment yang ingin dihindari karena tahu akan ditanya-tanya dengan pertanyaan yang aduhai sakitnya. Begini ceritanya, awal mula saya diinterogasi oleh saudara yang bahkan saudara jauh entah darimana tapi eugh.

Ibu Dedeh (nama samaran) sang interrogator.
Ibu Dedeh     : ….yang ini sekolah di mana ? (seneng sih selalu dikira anak sekolahan)
Saya                : udah kuliah hehe, lagi skripsi.
Ibu Dedeh     : Oh udah nyusun skripsi, kuliahnya dimana?
Saya                : Di Universitas xXxXxXx
Ibu Dedeh     : Loh, anak saya juga yang perempuan di situ tapi di Fakultas Eko Patrio. Kamu di jurusan apa ?
Saya                : Oh saya di Jurusan paling kece di Fakultas Bagus Sekali. (ga ngomong gitu lah)
Ibu Dedeh     : Oh, hebat dong, bisa ngomong bahasa ehokehok?
Saya                : (Cuma nyengir. Suka heran deh sama yang nanya begini, udah tau belajar bahasanya pasti bisa lah walau a-i-u-e-o ahahahahha)
Belum puas sampai di situ, sang interrogator nanya lagi, and this when the storm inside begins
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?
Oke diulang ya…
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?
Ibu Dedeh     : IP nya berapa?

Berhubung saya selalu diajarkan untuk tidak boleh berbohong dan sulit sekali mempraktekkan white lie, bohong demi kebaikan, akhirnya saya jawab dengan wajah penuh bangga…….

Saya                :2 koma sekian.
Ibu Dedeh     : HAH? KECIL AMAT! EUW~

Saya dalam hati, mengkampret-kampretkan ucapan Ibu paruh baya ini. Mungkin bagi dia, IP yang saya punya bagaikan upil milik IP anaknya, makanya syok segitunya. Padahal, for your information ajah


Dibalik IP kecil saya, mengandung …….
  • ·         Kenangan satu semester dengan dag-dig-dug nya
  • ·         Kebiasaan bangun sebelum subuh,
  •      berangkat sebelum jam setengah 6 dan berdesak-desakan di bis ketika berangkat maupun pulang
  • ·         Usaha saya dibantu teman-teman jurusan dalam mengerjakan tugas
  • ·         Doa di setiap habis solat saya sehari-hari

Saya paham betul kemampuan dan karakter saya, saya pun Alhamdulillah dengan apa yang saya punya, dan saya mengerti nilai-nilai saya memang merefleksikan saya benar. Tapi tidakkah mereka yang bertanya mengerti juga. Itulah mengapa saya menulis ini karena memang hanya teman-teman jurusan yang mengerti. Karena mereka berada dalam lingkungan yang sama dengan saya, mendapatkan perlakuan yang sama dan dinilai dengan indikator penilaian yang sama. Jadi, terkadang saya sampai nangis kalau memikirkan tentang ini. Hahaha cengeng yah.

Dan memasuki semester kesekian, yang dimana teman-teman di jurusan lain udah pada pakai toga di bulan ini, saya masih sibuk dengan BAB 1 Skripsweet. Dan kampret momentnya adalah beberapa minggu yang lalu, sore hari di perempatan Rawamangun menunggu bis kowanbisata tercinta. Saya melihat ibu-ibu baru datang dan pasti sedang menunggu bis juga, akhirnya saya tawarkan tempat duduk saya, dan mulailah basa-basi obrolan yang de rien. Sebut saja beliau Ibu Mener.

Ibu Mener      : Kuliah di xXxXxXx?
Saya                : Iya..
Ibu Mener      : Jurusan apa?
Saya                : Bahasa ehokehok.
Ibu Mener      : Oh kalau saya Bahasa Engleees. (ga nanya juga sih saya padahal…)
                        Semester berapa ?
Saya                : em, lagi skripsi sih.
Ibu Mener      : Semester berapa ? (nanyanya galak.)
Saya                : em, sembilan berarti.
Ibu Mener      : LAH TELAT DONG ?!

Kampret moment ga sih. Sebenarnya banyak hal di dunia ini yang ga perlu ditanya apalagi kalau hubungan kalian ga dekat. Coba dicek-ricek dulu dengan siapa dan konten yang mau ditanyakan itu apa, lah ga dekat-dekat banget apalagi baru kenal di jalan yang nama aja ga tau seenak bodong nanya dan komentar ga enak gitu. Saya lebih menghargai dengan yang bertanya “gimana skripsinya ?, semangat ya!” lebih indah didengar kan pastinya. Atau “gimana semester ini? lancar ga?” dibanding nanya IP berapa.  Jujur saja, ga ada mahasiswa yang tidak mau mendapatkan IP bagus, hanya saja ya IP itu tergantung bagiamana usaha dan lingkungan kita.

DISCLAIMER : curhatan ini hanya untuk menyinggung sedikit orang-orang yang sampai hati sksd dan menganggap beberapa pertanyaan seperti "ip berapa?, semester berapa? kok belum lulus? kapan lulus?" sebagai pertanyaan basa basi yang sesungguhnya kadang bagi sebagian orang cukup menyayat hati APALAGI kalau yang nanya bukan kerabat dekat, kalau kerabat dekat sih woles aja karena itu menandakan perhatian. Kalaupun sudah terlanjur nanya dan mendapatkan kabar yang menyedihkan dari si penjawab toh jangan dikritik, didoakan aja dalam diam.
 Untuk teman-teman yang masih sama-sama berjuang, berapapun IP kalian, dimanapun kampus kalian, apapun jurusan kalian, yuk semangat! pasti LULUS!
Hidup Mahasiswa!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANGKUTAN TRANSPORTASI DI CIBINONG (Kabupaten Bogor) PART 1 ANCOT

Sebagai salah satu warga kabupaten bogor yang baik, saya lebih sering naik transportasi umum untuk menunjang aktivitas sehari-sehari saya, ahahah namanya juga ga bisa mengendarai motor. Nah, saya ingin berbagi informasi mengenai transportasi umum yang ada di daerah sini, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi teman-teman blogwalkers semua. Ancot-ancot (baca: angkot) http://www.goepoet.com/forum/?post=forum&i=134&Trayek%20angkota%20yang%20ada%20di%20bogor%20bro....%20cekidot..&p=f Yah, saya juga gatau kenapa saya nulisnya ‘ancot’, ini bukan budaya orang cibinong tapi ya cuma udah jadi kebiasaan saya aja, hehehe. Jadi ya kita semua tahu kan Kota Bogor juga punya julukan lain selain Kota Hujan tetapi sebagai Kota Ancot. Begitupun di Kabupaten Bogor, ada banyak banget nomor trayek angkot tapi rutenya lumayan lebih jauh dibanding ancot-ancot di Kota Bogor dan juga tarifnya bervariasi, tergatung jarak dan status penumpang; apakah single-doble atau kurus-gendut, haha bo’

REVIEW ALBUM SPEAK NOW

Speak Now, album ketiga Taylor swift ini dirilis pada 25 Oktober 2010. Semenjak dirilis, orang-orang memberikan review yang sangat positif bahkan mendekati sempurna untuk album ini. Melengkapi respon positif dari orang-orang, speak now berhasil dengan hebatnya menembus angka satu juta kopi dalam minggu pertamanya yaitu 1.047.000. Hal ini menyebabkan Swift menjadi artis pertama yang mendapatkan satu juta kopi penjualan albumnya diminggu pertama sejak Garth Brooks ditahun 1994. Speak Now menjadi rekor sebuah album country dari artis wanita. Dan baru masuk tahun 2011, di bulan Februari, speak now berhasil menembus angka 4,4 juta kopi.     DELUXE EDITION                   Semua lagu dalam album ini ditulis dan dicompose langsung oleh Taylor Swift. Speak now bisa dibilang sebagai diary Swift dari 2 tahun kebelakang. Berbicara tentang lagu-lagunya, masing-masing lagu ditujukan kepada orang yang berbeda-beda. Dalam album ini, Swift terinspirasi dari

FAITH: Kisah Cinta Jendral Choi Young dan Tabib Agung Eun Soo

Masih dalam rangka membicarakan serial drama korea FAITH: THE GREAT DOCTOR, aku bisa tau bagaimana cinta tak kenal usia, ruang dan waktu. Tak peduli kepada siapa kita mencinta, ketika cinta sudah datang, tak bisa lagi untuk menolak kehadirannya. Di dalam cerita drama korea ini, selain menceritakan kisah cinta antata pemeran utama Jendral Choi Young dan Tabib Agung Eun Soo, ada juga kisah cinta Raja Gong Min dan Ratu No Gook. Meskipun Jendral Choi Young, Raja Gong Min dan Ratu No Gook adalah tokoh nyata dalam sejarah kerajaan Goryeo di Korea, namun tokoh Tabib Agung hanya fiksi belaka jadi kisah cinta antara Jendral Choi Young dan Tabib Agung ini fiksi juga... Heuhuhu sayang sekali. Tapi for your information aja, usut punya usut, sang pembuat skenario cerita ini terinspirasi oleh istrinya Jendral sendiri dalam memilih nama untuk tabib agung, karena nama marga istrinya jendral adalah "Yoo", mirip kan sama "Yoo Eun Soo"..?! Heheh, dan bunga krisan yang selalu muncu