“… dan di atas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” (Q.S.
Yusuf: 76)
Perasaanku campur aduk ketika mau menuliskan ini, bukan
karena ingin curhat atau butuh pembelaan, tapi karena terkadang aku berpikir
bahwa kita selalu ingin merasa paling benar dan lupa berkaca pada diri sendiri.
Hal yang paling aman dilakukan adalah diam, tapi mulut ini juga sedikit gatal,
tapi harus ditahan karena melihat lawan bicara yang sudah sepuh.
Mungkin ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari kita. Pada saat kita sedang mengobrol dengan yang lebih tua, kita
selalu merasa digurui. Aku menganggapnya wajar, karena yang lebih tua pasti
yang sudah melewati banyak pengalaman hidup. Namun ketika kita berbicara dengan
yang lebih muda, sikap kita terkadang menggurui mereka dan menganggap mereka
‘kecil’, tidak lebih tahu dibanding kita, meremehkan mereka dan di dalam hati
ini sering bergumam “tau apa sih…”.
Berumur semakin tua, maka seharusnya kita bisa lebih
bijaksana, bisa lebih memahami yang lebih muda karena kita sudah melewati
masa-masa yang sedang mereka jalani. Seharusnya kita bisa melihat suatu
permasalahan melalui lebih banyak sisi yang ada dan kita seharusnya lebih peka
dengan apa yang akan terjadi setelah kita memutukan untuk mengambil sikap/
keputusan. Tapi kenyataannya, pada saat umur kita semakin tua, ternyata yang
membesar adalah keeggoisan, keburuk sangkaan dan kesombongan kita.
Sombong yang paling sering kita lakukan terhadap orang lain
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Ketika melihat seseorang berpakaian bagus, kita menolak
kebenaran bahwa pakaiannya bagus sehingga membuat yang mengenakan terlihat
lebih cantik/ tampan. Hal yang kita lakukan malah mencibirnya atau malah mencap
orang tersebut sombong karena memakai baju bagus seperti sedang pamer.
Pada intinya kita hanya sibuk menilai hal-hal yang
dikerjakan orang lain, padahal saat kita menilai orang lain itu kita lebih
sering berburuk sangka sehingga merugilah kita, bahkan kita bisa lebih rugi
dibanding orang tersebut.
Bjaksanalah, bijaksanalah dalam melihat orang lain, dalam
melihat semua keadaan. Hindari berburuk sangka. Kalaupun hati ini sudah
terlanjur berburuk sangka, cukuplah dalam hati saja, jangan sampai mulut ikut
bermain sehingga menghasilkan lingkaran setan.
Di saat seperti inilah, pepatah “diam itu emas” 100% tepat.
Komentar
Posting Komentar